Dari informasi yang dikirim seorang penggemar
Koes Plus, ternyata prestasi Koes Plus memang luar biasa. Pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 album, yaitu terdiri
dari album lagu-lagu baru dan album-album "the best" termasuk
album-album instrumentalia, yang dibuat dari instrument asli Koes Plus
atau rekaman "master" yang kemudian diisi oleh permainan saxophone
Albert Sumlang, seorang pemain dari group the Mercy's. Jadi rata-rata mereka
mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun 1975 ada 6 album. Kemudian tahun
1976 mereka mengeluarkan 10 album. Mungkin rekor ini pantas dicatat di dalam Guinness
Book of Record. Dan
hebatnya, lagu-lagu mereka bukan lagu ‘asal jadi’, tetapi memang hampir semua
enak didengar. Bukti ini merupakan jawaban yang mujarab karena banyak yang
mengkritik lagu-lagu Koes Plus cuma mengandalkan “tiga jurus”: kunci C-F-G.
Karena banyak jasanya dalam pengembangan musik,
masyarakat memberikan tanda penghargaan terhadap prestasinya menjadi kelompok
legendaris dengan diberikannya tanda penghargaan melalui "Legend Basf
Award, tahun 1992.Prestasi yang dimiliki disamping masa
pengabdiannya dibidang seni cukup lama, produk hasil ciptaan lagunya pun juga
memadai karena sejak tahun 1960 sampai sekarang berhasil menciptakan 953 lagu
yang terhimpun dalam 89 album. Prestasi hasil ciptaan lagu untuk periode
kelompok Koes Bersaudara sebanyak 203 lagu (dalam 17 album),sedang untuk
periode kelompok Koes Plus sebanyak 750 lagu dalam 72 album (Kompas,13 September 2001).
Salah satu anggota Koes Plus mengatakan bahwa
mereka dibayar sangat mahal pada masa jayanya. Yon mengungkapkan bahwa pada
tahun 1975 mereka manggung di Semarang. "Waktu itu pada tahun 1975, kami telah
dibayar Rp 3 juta saat pentas di Semarang," kenang dia. Padahal, saat itu
harga sebuah mobil Corona tahun 1975 kira-kira Rp 3,750 juta. Bila
dikurs saat ini bayaran tersebut kurang lebih sama dengan Rp 150 juta.(Suara Merdeka, 4 Mei 2001)
Waktu itu, Rp 3,5 juta sangat tinggi, mengingat mobil sedan baru Rp
3 juta. Jika dikurskan dengan nilai uang sekarang, jumlah itu sama dengan Rp
200 juta sampai Rp 300 juta. Jumlah penonton melimpah ruah tidak seperti
sekarang, kenang Yon. (Suara Merdeka, 23 Oktober 2001).
Setelah itu popularitas Koes Plus mulai redup.
Mungkin karena generasi sudah berganti dan selera musiknya berubah. Koes Plus vakum
sementara dan Nomo masuk lagi menggantikan Murry, sekitar akhir 1976-an. Koes
Bersaudara terbentuk lagi dan langsung ngetop dengan lagunya “Kembali” yang
keluar tahun 1977. Murry bersama groupnya Murry's Group juga
cukup menggebrak dengan lagunya “Mamiku-papiku”. Tidak bertahan lama tahun 1978 kembali terbentuk Koes Plus. Lagu barunya,
“Pilih Satu” juga langsung populer. Setelah itu keluar lagu “Cinta”, dengan
aransemen orchestra, yang benar-benar berbeda dengan lagu Koes
Plus yang lain. Kemudian populer juga album melayu mereka yang memuat lagu
“Cubit-Cubitan” dan “Panah Asmara”. Tetapi Koes Plus generasi ini tidak lagi
sepopuler sebelumnya. Walaupun, kalau disimak lagu-lagu yang lahir setelah
1978, masih banyak lagu mereka yang bagus.
Nasib Koes Plus kini sangat tragis. Seperti
kata Yon suatu ketika bahwa Koes Plus hanya besar namanya tetapi tidak punya
apa-apa. Ucapan ini memang pas untuk mewakili keadaan personel Koes Plus.
Mereka tidak mendapatkan uang dari hasil penjualan kaset yang berisi
lagu-lagu lama mereka. Tidak seperti para penyanyi/pemusik masa kini yang gaya
hidupnya “wah” karena dari segi finansial pendapatannya sebagai
penyanyi/pemusik cukup terjamin. Begitu juga bekas group-group tersohor seperti
Beatles, atau Led Zeppelin, mereka hidup dengan enak hanya dari royalti
kaset/VCD/CD/DVD yang mereka hasilkan. Sampai anak-anak dan
istri mereka pun menikmati kelimpahan finansial ini.
Koes Plus hanya dibayar sekali untuk setiap
album yang dihasilkan. Tidak ada royalti, tidak ada tambahan fee untuk
setiap CD/kaset yang terjual. Maka tidak heran ketika tahun 1992 Yon harus jualan batu akik untuk menghidupi rumah tangganya. Sementara
kaset dan CD lagunya masih laris terjual di Indonesia. Sekarang pun di usianya
yang ke-63 Yon dan kawan-kawan (Murry beberapa kali tidak tampil karena sakit)
membawa nama Koes Plus harus manggung untuk mendapatkan uang. Dengan sisa-sisa
suara dan kekuatannya mereka harus menjual suara dan tenaganya. Yon memang
tidak merasakan ini sebagai beban. Dia bersyukur lagunya masih dicintai orang.
Tetapi kita prihatin mendengar kabar seperti ini.
Catharina Chandra/XI-S1/33
Wikipedia.com
No comments:
Post a Comment