Dari kelompok Koes Bersaudara ini lahir
lagu-lagu yang sangat populer seperti “Bis Sekolah”,“ Di Dalam Bui”, “Telaga
Sunyi”, “Laguku Sendiri” dan masih banyak lagi. Satu anggota Koes Bersaudara,
Nomo Koeswoyo keluar dan digantikan Murry sebagai drummer. Walaupun
penggantian ini awalnya menimbulkan masalah dalam diri salah satu personalnya
yakni Yok yang keberatan dengan orang luar. Nama Bersaudara seterusnya diganti
dengan Plus, artinya plus orang luar: Murry.
Sebenarnya lagu-lagu Koes Bersaudara lebih
bagus dari segi harmonisasi ( seperti lagu “Telaga Sunyi”, “Dewi Rindu” atau
“Bis Sekolah”) dibanding lagu-lagu Koes Plus. Saat itu Nomo, selain bermusik
juga mempunya pekerjaan sampingan. Sementara Tonny menghendaki totalitas dalam
bermusik yang membuat Nomo harus memilih. Akhirnya Koes Bersaudara harus
berubah. Kelompok Koes Plus dimotori oleh almarhum Tonny Koeswoyo (anggota
tertua dari keluarga Koeswoyo). Koes Plus dan Koes Bersaudara harus dicatat
sebagai pelopor musik pop di Indonesia. Sulit dibayangkan sejarah musik pop
kita tanpa kehadiran Koes Bersaudara dan Koes Plus.
Tradisi membawakan lagu ciptaan sendiri adalah
tradisi yang diciptakan Koes Bersaudara. Kemudian tradisi ini dilanjutkan Koes
Plus dengan album serial volume 1, 2 dan seterusnya. Begitu dibentuk,
Koes Plus tidak langsung mendapat simpati dari pecinta musik Indonesia. Piringan
hitam album pertamanya sempat
ditolak beberapa toko kaset. Mereka bahkan mentertawakan lagu
“Kelelawar” yang sebenarnya asyik itu.
Kemudian Murry sempat ngambek dan pergi
ke Jember sambil membagi-bagikan piringan hitam albumnya
secara gratis pada teman-temannya. Dia bekerja di pabrik gula sekalian main band bersama Gombloh dalam grup musik Lemon Trees. Tonny yang kemudian menyusul Murry untuk
diajak kembali ke Jakarta. Baru setelah lagu “Kelelawar” diputar di RRI orang lalu mencari-cari album pertama Koes
Plus. Beberapa waktu kemudian lewat lagu-lagunya “Derita”, “Kembali ke
Jakarta”, “Malam Ini”, “Bunga di Tepi Jalan” hingga lagu “Cinta Buta”, Koes
Plus mendominasi musik Indonesia waktu itu.
Catharina Chandra/XI-S1/33
Wikipedia.com
No comments:
Post a Comment