JAKARTA,
suaramerdeka.com -
Seberapa luar biasa warisan yang ditinggalkan seorang maestro musik
jazz sekelas Bubi Chen bagi bangsa Indonesia? Apakah semata teknik
permainan pianonya, atau karena keluwesannya sudi bekerja sama dengan
sejumlah musisi dengan berbagai latar belakang musikal, yang
membuatnya tak tergantikan. Menurut pemerhati musik Denny Sakrie
keluarbiasaan Om Bubi -demikian dia menyapa Bubi Chen- yang meninggal
Kamis (16/2) dalam perjalanan menuju RS Telogorejo dari rumah
kontrakannya di Semarang, meninggalkan lubang yang besar bagi seniman
dan penimat musik jazz di Indonesia.
Sebab, dalam
catatannya, sebagai seorang seniman yang mengawali karir profesional
sebagai musisi jazz pada tahun 1955 di kota Surabaya, Bubi
mendedikasikan hidupnya secara penuh, tumpah, dan total kepada musik
jazz hingga akhir hayatnya. Bahkan dalam gelaran Java Jazz 2012,
sebagaimana rilis resmi panitia penyelenggara pada Kamis (16/2), nama
Bubi Chen nasih menjadi salah satu "jualan" utama di
gelaran tingkat dunia itu. Bahkan sebagai salah satu penulis di
majalah tahunan Music yang merupakan majalah resmi Java Jazz, laporan
utama tentang sepakterjang Bubi Chen telah usai ditulis Denny, dan
siap diedarkan dalam waktu dekat ini.
Bubi yang dari bocah
telah mahir memainkan berbagai nomor klasik milik Beethoven hingga
Mozart, dikenal luas karena kemampuannya mengembangkan skill
bermusiknya
secara otodidak. "Bahkan dia melakukan khusus tutorial mengikuti
kursus tertulis di Wesco School of Music, New York dan salah satu
tutornya adalah Teddy Wilson," kata Denny di Jakarta, Jum'at
(17/2). Theodore Shaw "Teddy" Wilson (1912 - 1986) adalah
seorang pianis jazz dari Amerika, yang dikenal kerena kecanggihan
menarikan jarinya di atas tuts piano. Dia mempunyai style
tersendiri, sehingga kerap dilibatkan dalam berbagai proses rekaman
oleh sejumlah musisi jazz besar dunia seperti Louis Armstrong, Lena
Horne, Benny Goodman, Billie Holiday, hingga Ella Fitzgerald.
Bahkan jauh sebelum
ngangsu ilmu kepada Teddy Wilson, Bubi sudah membuat sejumlah
pemerhati dan kritikus musik jazz di mancanegara terheran-heran
dengan bakat besarnya. Teristimewa, masih menurut Denny, ketika
dirinya di bawah bendera Lokananta pada tahun 1958 merilis album,
Bubi
Chen Kwartet.
Dari album inilah, nasib membawa musik Bubi ke berbagai belahan
negara, yang kemudian diasup berbagai pemerhati musik, dan membuatnya
mendapatkan kritikan positif. "Bahkan ada seorang kritikus jazz
yang menyandingkan nama Bubi sejajar dengan nama Art Tatum, pianis
jazz Amerika yang nyaris tidak pernah kehilangan satu not pun dalam
permainannya," katanya. Padahal, imbuh dia, jenis permainan
piano Bubi adalah swing dan bebop, yang notabene mempunyai tingkat
kesulitan yang sangat tinggi.
Warisan
dunia
Terlebih ketika pada tahun 1967 bersama Indonesia All Stars, yang beranggotakan Jack Lesmana, Maryono, Kiboud Maulana, Benny Mustapha dan kakaknya Jopie Chen, dibawa Tony Scott, seorang peniup klarinet yang tertarik dengan bakat besar Bubi, untuk unjuk kebisaan di Berlin Jazz Festival. Dari sinilah, pujian ditujukan kepada Bubi, dan ajakan tawaran masuk dapur rekaman akhirnya menghasilkan album legendaris berjudul, Djanger Bali. Di album ini, sepenceritaan Denny sejumlah komposisi seperti "Ilir-Ilir", dan nomor standar "Summertime", yang dibawakan dengan warna Sunda dan Jawa, makin menghangatkan nama Bubi. "Jadi jauh sebelum para musisi jazz masa kini melakukan eksplorasi musikal, Om Bubi telah melakukan itu."
Terlebih ketika pada tahun 1967 bersama Indonesia All Stars, yang beranggotakan Jack Lesmana, Maryono, Kiboud Maulana, Benny Mustapha dan kakaknya Jopie Chen, dibawa Tony Scott, seorang peniup klarinet yang tertarik dengan bakat besar Bubi, untuk unjuk kebisaan di Berlin Jazz Festival. Dari sinilah, pujian ditujukan kepada Bubi, dan ajakan tawaran masuk dapur rekaman akhirnya menghasilkan album legendaris berjudul, Djanger Bali. Di album ini, sepenceritaan Denny sejumlah komposisi seperti "Ilir-Ilir", dan nomor standar "Summertime", yang dibawakan dengan warna Sunda dan Jawa, makin menghangatkan nama Bubi. "Jadi jauh sebelum para musisi jazz masa kini melakukan eksplorasi musikal, Om Bubi telah melakukan itu."
Atas alasan itulah,
Bubi Chen sudah dapat dikatakan warisan dunia, bukan hanya Indonesia.
Selain karena juga dia mempunyai kelenturan dalam berkolaborasi
dengan seniman musik siapa saja. Bahkan pada tahun 1988 Bubi mau dan
senang hati mengisi piano dalam salah satu singgel di album milik
Doel Sumbang berjudul, Arti
Kehidupan.
Setahun kemudian, pada 1989 di album Kedamaian,
dia bekerja sama secara musikal dengan tiga seniman karawitan. Dengan
komposisi dua pemusik kecapi, satu seniman seruling dan Bubi sendiri
memainkan piano. Pada album Kedamaian
ini,
berbilang tahun kemudian apa yang dilakukan Bubi kemudian dikenal
dengan istilah etnik jazz. Tak ketinggalan pada 2005 Piyu "Padi"
pada singgel berjudul "Elok" yang termaktub di album Padi
juga melibatkan Bubi.
"Apa yang
dilakukan Bubi bekerja sama secara musikal dengan siapa saja,
menunjukkan dia welcome
dengan
siapa pun. Tanpa harus menghilangkan kejatidiriannya,"kata
Denny. Contoh konkritnya, ketika pada 2004 di Graha Bhakti Budaya,
Taman Ismail Marzuki (TIM) dalam sebuah pementasan bertajuk "The
Art of Duo", Bubi bersanding dengan Indra Lesmana, tepat tanggal
16 Februari, bebarengan dengan hari kepergian Bubi Chen, kemarin.
Saat itu, sepenceritaan Indra Lesmana kepada Denny, Bubi Chen sudah
nyaris tidak mampu mendengar apa-apa, kecuali ada alat bantu dengar
yang menempel di telinganya.
"Indra
bercerita kepada saya, Om Bubi main pakai insting
dan
felling
aja,
tapi bener semua," katanya.
Senada denga Denny,
Bens Leo pemerhati musik lainnya mengatakan, Bubi Chen adalah warisan
Indonesia yang tidak tergantikan. Selain secara pribadi sangat ramah,
katanya, permainan musiknya unik sekaligus luar biasa. "Dia
bahkan dimasukkan sebagai enam besar pianis besar dunia,"
katanya merujuk salah sebuah majalah musik terbitan Amerika. Manusia
seperti Bubi Chen, sebagaimana Jack Lesmana dan Embong Rahardjo,
imbuh Bens, dalam kazanah musik Indonesia adalah warisan Indonesia
yang membanggakan. Dan oleh karenanya pantas disebut sebagai manusia
hebat.
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/entertainmen/2012/02/17/5498/Bubi-Chen-Tak-Tergantikan
No comments:
Post a Comment