Friday, April 27, 2012

Mendefinisikan Kembali Paduan Suara, Luar Biasa!


Sebuah konser memang mampu menggetarkan insan penontonnya, namun tidak semua konser bisa melakukannya. Terlebih sebuah konser yang dapat menggetarkan hati sekaligus menata kembali konsep sebuah seni, sungguh jarang kita bisa menyaksikannya.
Sungguhpun demikian, Sabtu ini di Aula Barat ITB Bandung, Phillippine Madrigal Singers atau The Madz memang membongkar dan menata kembali konsep seni berpaduan suara para pendengarnya malam itu.
Sebagai salah satu paduan suara papan atas di percaturan seni paduan suara dunia, nama The Madz memang tidak asing lagi. Dan dalam rangkaian turnya di Indonesia, Bandung menjadi kota pertama yang disinggahi sekaligus menjadi paduan suara kehormatan dalam 1st ITB International Choir Competition yang diselenggarakan perguruan tinggi teknik ternama ini.
Membawakan repertoire dari berbagai zaman dari renaisans sampai modern, dipadu dengan musik tradisional serta musik populer, konser malam itu menghantar penonton bukan hanya untuk mengagumi fleksibilitas dan kemampuan mereka dalam mengolah musik dan mengeksplorasi suara, tetapi juga untuk lebih merasakan apa makna keindahan dalam suara manusia dan kekuatannya sebagai sarana berekspresi dan berkomunikasi  intim dengan pendengarnya.
Tampil dengan kepercayaan diri, sebagai penampil kelas dunia, paduan suara yang tumbuh sebagai paduan suara universitas ini tampak begitu rendah hati dan mengajak pendengar untuk seksama menikmati musik yang terdengar sulit sekalipun. Di akhir konser, paduan suara ini juga bekerja sama di atas panggung dengan PS Mahasiswa ITB dan membawakan karya andalan mereka.
Di tangan paduan suara yang dipimpin oleh Mark Anthony Carpio ini, musik terasa digarap secara mendetail dari segi produksi vokal, interpretasi diikuti kontrol yang luar biasa dari para penyanyi. Blending yang seakan menjadi tantangan bagi banyak paduan suara seakan bukan masalah karena kemampuan mereka sebagai ensemble untuk menggarap suara kolektif tanpa harus kehilangan ciri sendiri. Alhasil, musik yang diungkap penerima anugerah Seniman UNESCO untuk Perdamaian terdengar begitu universal dan alami di telinga (betapa pun rumitnya).
Dengan posisi khas paduan suara ini yang menyanyi sambil duduk dalam setengah lingkaran, mungkin sebagian dari kita keheranan. Tapi posisi yang merupakan reka ulang dari aktivitas duduk bermusik bersama di abad 16 ini sama sekali tidak mengganggu mereka, malahan mereka sungguh lentur dalam bahasa tubuh dan wajah yang semakin mendekatkan para penonton dan fokus pada pengalaman musikal dari hati ke hati yang jujur dan menginspirasi.
The Madz yang didukung 20 orang tenaga vokalis malam itu menjadi tonggak sejarah baru dalam dunia pertunjukan paduan suara di Indonesia. Disaksikan banyak penggiat dunia paduan suara Indonesia sekaligus para undangan dan juri event ITB, konser gala malam itu menerima gemuruh sambutan yang luar biasa.
Penampilan ini tidak tentu datang 2-3 kali, karena kali ini adalah kali yang kedua setelah 3 dekade lebih The Madz tidak tampil di Indonesia. Karenanya, penampilan Madz berikutnya di 3 kota besar Yogya, Surabaya dan Jakarta dalam minggu-minggu ini sungguh amat dinantikan.
Namun yang pasti, malam itu mendefinisikan kembali sebuah konsep berpaduan suara, membuka cakrawala akan makna seni paduan suara. Musik yang jujur berbicara ke hati setiap insan. Inspiratif dan luar biasa, BRAVO!!
                Indonesia baru sadar setelah melihat perkembangan musik dunia luar yang jauh melebihi perkembangan musik di Indonesia. Kelompok paduan suara luar negeri wajib kita acungi jempol karena mereka menguasai panggung mereka.  Penampilan yang dilakukan oleh The Madz, salah satu orkestra terkenal di dunia pun adalah penampilan terbaik. Indonesia patut berbangga karena mendapat kesempatan untuk dapat berkolaborasi dengan mereka. Selain karena teknik vokalnya yang sangat bagus, penghayatan akan lagu yang dibawakan juga sangat terasa. Paduan suara luar negeri dapat kita jadikan panutan untuk membawa kelompok paduan suara di Indonesia untuk menuju ke arah yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment