Bagi para penggermar musik jazz tanah air nama Indra Lesmana
tentu lekat di telinga. Indra Lesmana yang merupakan ikon modern jazz Indonesia
adalah pianis jazz merangkap composer, arranger, dan juga produser. Musisi yang
lahir 48 tahun lalu di Jakarta merupakan anak dari Jack Lesmana dan Nien
Lesmana.
Bakat musik Indra Lesmana banyak didapat dari kedua orang
tuanya.Nien Lesmana merupakan penyanyi pop Indonesia pada era 50an. Sedangkan
Jack Lesmana merupakan legenda multi instrumentalis musik jazz Indonesia yang
telah dianggap sebagai tokoh dalam sejarah dunia musik Indonesia.
Indra memulai karir musiknya semenjak usia 10 tahun dan merilis
album pertamanya pada usia 12 tahun dengan judul “Ayahku Sahabatku”. Album
tersebut dibuat sebagai bentuk ekspresi cintanya kepada ayahnya, dan juga
sebaliknya.Baginya, Jack Lesmana tidak hanya mampu memainkan peran sebagai ayah
dengan baik.Namun juga bisa menjadi sahabatnya dalam bermusik.Pada tahun 1978,
Indra Lesmana bersama ayahnya tampil dalam pekan budaya ASEAN Trade Fair di
Australia.Dengan dukungan Dari Jack dalam kesempatan itu pula Indra
memberanikan diri untuk mengikuti ujian masuk Conservatorium of Music, dan
berhasil.Bahkan Indra mendapatkan beasiswa penuh untuk menuntut ilmu di New South
Wales Conservatorium of Music yang merupakan sekolah musik tertua dan paling
bergengsi di Australia.
Selama bersekolah di sana Indra banyak belajar dari
musisi-musisi jazz kenamaan Australia. Saat masih di Australia, ia bersama
ayahnya membentuk band bernama Jack and Indra Lesmana Quartet bersama Karim
Suweileh dan James Morisson hingga merilis album “Children of Fantasy”. Saat
hijrah ke Amerika Serikat pada tahun 1985, Indra Lesmana merilis dua album
debut internasionalnya, “No Standing” dan “Earth and Heaven” di bawah naungan
label Zebra Records. Tanpa disangka dua single dari kedua album tersebut
berhasil menduduki urutan atas Billboard Charts untuk jazz di Amerika Serikat.
Warna musik jazz yang diciptakannya banyak mendapat pengaruh dari John Coltrane,
Miles Davis, dan Charlie Parker.
Pengalaman Indra Lesmana sebagai produser album juga sudah tidak
diragukan lagi. Selama ini ia telah membantu produksi lebih dari 20 album dari
musisi ternama Indonesia, seperti The Groove, Maliq & D'Essentials, Andien,
Donny Suhendra, Rika Roeslan, Delon, Simak Dialog, Chlorophyl, Dewa Budjana,
Humania, Ermy Kulit, dan masih banyak lagi. Pada tahun 2006 Indra bersama
istrinya, Hanny Trihandojo Lesmana, membangun label rekaman musik jazz
independen bernama Inline Music berserta studionya, Inline Studio.
Hingga saat ini Indra Lesmana telah menghasilkan setidaknya 60
buah album dan ratusan lagu.Dan tentunya sudah berkolaborasi dengan banyak
musisi khususnya jazz, baik musisi internasional maupun nasional. Salah satunya
adalah kolaborasi dengan Barry Likumahuwa (piano) dan Sandy Winarta (drum)
dengan nama grup LLW yang dibentuk pada tahun 2010. Bersama LLW, Indra Lesmana
pernah tampil dalam sebuah klub jazz prestisius, Blue Note, di Tokyo. Blue Note
merupakan klub jazz yang bercikal bakal di Amerika Serikat dan kini memiliki
cabang di Italia dan Jepang.
Dalam pargelaran jazz tahunan Java Jazz Festival pada tahun 2011
lalu, selain tampil bersama LLW Indra Lesmana juga tampil berkolaborasi dalam
special project, Tribute to Herbie Hancock. Di atas panggung tersebut ia
kembali berkolaborasi dengan sejumlah musisi, seperti Dwiki Darmawan, Steve
Thomson, Maurice Brown, dan musisi international lainnya menyajikan perpaduan
musik jazz dan musik tradisional Indonesia. Bahkan Indra turut menggaet Saung
Mang Udjo untuk menambah semarak pada malam itu.
Dengan
sekian banyak pengalaman dan prestasinya yang direngkuhnya, Indra Lesmana
pernah dipercaya untuk menjadi salah satu juri sebuah ajang pencarian bakat,
Indonesian Idol.Indra Lesmana juga disebut-sebut sebagai motivator yang hebat
dalam dunia musik Indonesia.Tak berlebihan jika pepatah like father like son
layak disematkan pada sosok Indra Lesmana.
No comments:
Post a Comment