Empat
tahap masa perkembangan:
(a)
Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920),
(b)
Masa keroncong abadi (1920-1960), dan
(c)
Masa keroncong modern (1960-2000), serta
(d)
Masa keroncong millenium (2000-kini)
Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920)
Ukulele
ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii,
sehingga diperkirakan pada tahun berikutnya Keroncong baru menjelma
pada tahun 1880, di daerah Tugu kemudian menyebar ke selatan daerah
Kemayoran dan Gambir (lihat ada lagu Kemayoran dan Pasar Gambir,
sekitar tahun 1913). Komedie
Stamboel 1891-1903
lahir di Kota Pelabuhan Surabaya tahun 1891, berupa Pentas
Gaya Instanbul, yang mengadakan
pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya lewat
jalur kereta api maupun kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi
Cerita 1001 Malam (Arab) dan Cerita Eropa (Opera maupun Rakyat),
termasuk Hikayat India dan Persia. Sebagai selingan, antar adegan
maupun pembukaan, diperdengarkan musik mars, polka, gambus, dan
keroncong. Khusus musik keroncong dikenal pada waktu itu Stambul I,
Stambul II, dan Stambul III.
Pada
waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter 120 untuk satu
ketuk seperempat nada), di mana Warga Kampung
Tugu maupun
Kusbini
menyebut sebagai Keroncong Portugis,
sedangkan Gesang
menyebut sebagai Keroncong Cepat,
dan berbaur dengan Tanjidor yang asli Betawi. Pada masa ini dikenal
para musisi Indo, dan pemain biola legendaris adalah M. Sagi
(perhatikan rekaman Idris
Sardi main
biola lagu Stambul II Jali-jali berdasarkan aransemen dari M. Sagi).
Seperti diketahui bahwa panjang lagu stambul adalah 16 birama, yang
terdiri atas:
Stambul I:
Lagu ini misalnya Terang Bulan, Potong Padi,
Nina Bobo, Sarinande, O Ina Ni Keke, Bolelebo, dll. dengan struktur
bentuk A - B - A - B atau A - B - C - D (16 birama):
- |I , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
- |, , , , |, , , , |, , , , |I , , , |
- |I7, , , |IV, , , |, , V7, |I , , , |
- |, , , , |V7, , , |, , , , |I , , , ||
- Stambul II:
Lagu ini misalnya Si Jampang, Jali-Jali, di
mana masuk pada Akord IV sebagai ciri Stambul II dengan struktur A -
B - A - C (16 birama):
- |I . . . |. . . . |. . . . |IV, , , | (tanda . artinya tacet)
- |, , , , |, , , , |, , V7, |I , , , |
- |, , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
- |, , , , |, , , , |, , , , |I , , , ||
Stambul III:
Lagu ini misalnya Kemayoran, di mana mirip
dengan Keroncong A sli sehingga sering salah diucapkan dengan Kr.
Kemayoran, yang seharusnya Stambul III Kemayoran, dengan struktur
Prelude - A - Interlude - B - C (16 birama):
- Pr|I , , , |, , , , | Prelude 2 birama
- A1|, , , , |, , , , |
- A2|II#, , ,|V7, , , | Modulasi 2 birama
- In|, , , , |IV, , , | Interlude 2 birama
- B1|, , , , |I , , , |
- B2|V7, , , |I , , , |
- C1|, , , , |, , , , |
- C2|V7, , , |I , , , ||
Musiq Losquin Bugis:
Dari periode tempo doeloe ini lahir pula di Makassar bentuk keroncong
khas yang dikenal sebagai musiq
losquin Bugis, misalnya lagu Ongkona
Arumpone yang dinyanyikan oleh
Sukaenah B. Salamaki.
Irama keroncong ini, tanpa seruling-biola-cello, tapi dengan melodi
guitar yang kental, mirip seperti gaya Tjoh
de Fretes dari Ambon.
Kalau kita hubungkan kesemua ini, maka ada garis kesamaan dengan
Orkes Keroncong Cafrino Tugu (Kr. Pasar Gambir) – Orkes Keroncong
Lief Java (Kr. Kali Brantas) – Losquin Bugis (Ongkona Arumpone) –
Orkes Hawaian Tjoh de Fretes (Pulau Ambon), yaitu gaya era
tempo doeloe dengan irama yang cepat
sudah dengan kendangan cello dan dengan guitar melodi yang kental.
Masa keroncong abadi (1920-1960)
Pada
masa ini panjang lagu telah berubah menjadi 32 birama, akibat
pengaruh musik pop Amerika yang melanda lantai dansa Hotel2 di
Indonesia pada waktu itu, dengan musisi didominasi dari Filipina (spt
Pablo, Sambayon, dll), dan berakibat juga lagu pada waktu itu telah
32 birama juga, perhatikan lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun
1924) pada waktu itu juga sudah 32 birama. Selanjutnya pusat
perkembangan beralih ke timur mengikuti jaringan kereta api melalui
Solo dan iramanya juga lebih lamban (sekitar 80 untuk seperempat
nada) dengan kendangan cello mirip kendangan gamelan, dan permainan
gitar melodi mirip alunan siter musik gamelan yang kontrapuntis. Masa
ini lahir para musisi Solo, seperti Gesang
dan penyanyi legendaris Annie
Landouw. Lagu
Keroncong Abadi terdiri atas: Langgam Keroncong, Stambul Keroncong,
dan Keroncong Asli.
Langgam Keroncong
Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama
A - A - B - A dengan pengulangan dari bagian A kedua seperti lagu
standar pop: Verse A - Verse A - Bridge B - Verse A, panjang 32
birama. Beda sedikit pada versi kedua, yakni pengulangannya langsung
pada bagian B. Meski sudah memiliki bentuk baku, namun pada
perkembangannya irama ini lebih bebas diekspresikan. Penyanyi serba
bisa Hetty
Koes Endang
misalnya, dia sering merekam lagu-lagu non keroncong dan langgam
menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan tetap dinamakan langgam.
Alur akord-nya sebagai berikut:
- Verse A | V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
- Verse A |V7 , , , | I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
- Bridge B |I7 , , , |IV , , , | IV , V , | I , , , | I , , , | II# , , , | II# , , , | V , , ,|
- Verse A |V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
Stambul Keroncong:
Stambul Keroncong berbentuk (A-B-A-B') x 2 = 16
birama x 2 = 32 birama, merupakan modifikasi Stambul II yang 16
birama menjadi 32 birama (menyesuaikan standar Keroncong Abadi yang
32 birama). Stambul merupakan jenis keroncong yang namanya diambil
dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh
awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi
stambul. Nama "stambul"
diambil dari Istambul
di Turki.
Alur
akord Stambul Keroncong adalah sbb. (tanda - adalah tacet atau
iringan tidak dibunyikan):
- |I - - - | - - - - | - - - - |IV , , , | dibuka dg broken chord I utk mencari nada
- |IV , , , |IV , , , |IV , V ,|I , , , |
- |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
- |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
- |I , , , |I , , , |I , , , |IV , , , | 16 birama ini pengulangan dari 16 birama pertama atau sama
- |IV , , , |IV , , , |IV , V , |I , , , |
- |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
- |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
Keroncong Asli
Keroncong asli memiliki bentuk lagu A - B - B'.
Lagu terdiri atas 8 baris, 8 baris x 4 birama = 32 birama, di mana
dibuka dengan PRELUDE 4 birama yang dimainkan secara instrumental,
kemudian disisipi INTERLUDE standar sebanyak 4 birama yang dimainkan
secara instrumental juga. Keroncong asli diawali oleh voorspel
atau prelude,
atau intro
yang diambil dari baris 7 (B3) mengarah ke nada/akord awal lagu, yang
dilakukan oleh alat musik melodi seperti seruling/flut, biola, atau
gitar; dan tussenspel
atau interlude
atau intermezzo
di tengah-tengah setelah modulasi/modulatie/modulation
yang standar untuk semua keroncong asli: Alur akordnya seperti
tersusun di bawah ini:
- (A1) | I , , , | I , , , | V , , , | V , , , |
- (A2) |II# , , , | II# , , , | V , , , | Modulasi merupakan ciri keroncong asli sebanyak 4 birama
- In |V , , , | V , , , | V , , , |IV , , , | Interlude 4 birama untuk semua lagu menjadi standar
- (B1) | IV , , ,| IV , , ,|V7 , , , | I , , , |
- (B2) |I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , I7 , |
- (B3) |IV , V7 , |I , I7 , | IV , V7 , |I , , , |
- (B2) | I , , , | V7 , , , | V7 , , ,| I , , , |
Kadensa Keroncong,
dalam teori musik klasik dikenal 4 (empat) jenis Kadensa, di mana
Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni sebagai penutup pada akhir
melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi
tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut. Sedangkan
Tierce de Picardy boleh dimasukan dalam Kadensa, dan pada Masa
Keroncong Abadi tercipta satu Kadensa baru, disebut Kadensa Keroncong
dengan rangkaian penutup I-I7-IV-V7-I.
- Kadensa dengan rangkaian V7-I disebut sebagai Kadensa Sempurna, karena sempurna menutup rangkaian tersebut dan terasa berhenti sempurna.
- Tetapi kalau akord X-V7 menjadi akhir rangaian, maka disebut Kadensa Tidak Sempurna atau Setengah Kadensa, misalnya rangkaian Super Tonik - Dominan Septim.
- Kalau rangkaian harmoni diakhiri pada X-VI, maka disebut Kadensa Terputus, misalnya Doninan Septim - Submedian.
- Dalam rangkaian IV-I disebut Kadensa Plagal, mempunyai sifat sendu seperti kalau kita mengucap "Amin" dalam salat.
- Lagu kunci minor ditutup pada kunci mayor, disebut Tierce de Piecardy, jadi sebenarnya bukan kadensa, namun biasanya dipakai dalam akhir lagu
- Kadensa Keroncong, khusus dikembangkan dalam musik keroncong, yaitu rangkaian harmoni I7-IV-V7-I
Ismail Marzuki (1914-1958)
Komponis Ismail Marzuki termasuk hidup dalam Era
Keroncong Abadi, namun lagu-lagunya
sangat modern pada zamannya, misalnya Sepasang
Mata Bola ditulis dalam kunci minor
sehingga dapat dinyanyikan dengan iringan keroncong seperti keroncong
beat (1958).
Gambang Keromong
Gambang Keromong adalah salah satu gaya keroncong yang dikembangkan
oleh Etnis Tionghoa (gambang adalah alat musik bilah kayu seperti
marimba, sedangkan keromong adalah istilah lain dari kempul) yang
dikembangkan sekitar tahun 1922 di Kemayoran Jakarta (tanjidor),
namun kemudian berkembang di Semarang sekitar tahun 1949 (ingat lagu
Gambang Semarang - Oey Yok Siang). Sebenarnya Gambang Keromong yang
lahir di Masa Keroncong Abadi 1920-1960 adalah cikal bakal Campursari
yang lahir pada Masa Keroncong Modern.
Masa Keemasan (The
Golden Age). Pada tahun 1952, Radio Republik Indonesia (RRI)
menyelenggarakan perlombaan Bintang Radio dengan 3 jenis, Keroncong,
Hiburan dan Seriosa. Di sanmping itu juga dilombakan mencipta lagu
keroncong, salah satu pememnag adalah Musisi Kusbini dengan lagu
Keroncong Pastoral. Pada masa akhir dari Keroncong Abadi (1920-1960)
ini merupakan Masa Keemasan (Golden Age) bagi musik keroncong.
Masa keroncong modern (1960-2000)
Perkembangan
keroncong masih di daerah Solo dan sekitarnya, namun muncul berbagai
gaya baru yang berbeda dengan Masa Keroncong Abadi (termasuk
musisinya), dan merupakan pembaruan sesuai dengan lingkungannya.
Mulai
Masa keroncong modern
(1960-2000) semua aturan baku
(pakem) Musik Keroncong tidak berlaku,
karena mengikuti aturan baku
(pakem) Musik Pop
yang berlaku universal,
misalnya tangga nada minor,
moda pentatonis Jawa/Cina,
rangkaian harmoni diatonik dan
kromatik, akord
disonan, sifat politonal
atau atonal (pada campursari), tidak
megenal lagi pakem bentuk keroncong
asli atau stambul, ada irama nuansa
dangdut (congdut), mulai tahun 1998
musik rap
mulai masuk (Bondan Prakoso), dlsb.
Langgam Jawa
Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi
musik gamelan dikenal sebagai langgam
Jawa, yang
berbeda dari langgam yang dimaksud di sini. Langgam Jawa memiliki
ciri khusus pada penambahan instrumen antara lain siter, kendang
(bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala kendang), saron,
dan adanya bawa
atau suluk
berupa introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama
dimulai secara utuh. Tahun 1968 Langgam Jawa berkembang menjadi
Campursari.
Umumnya mempunyai struktur lagu pop yaitu A - A
- B - A atau juga A - B - C - D dangan jumlah 32 birama. Lagu Langgam
Jawa yang terkenal di tahun 1958 adalah ciptaan Anjar Any
(1936-2008): Yen Ing Tawang Ana Lintang (Tawang dalam Bahasa
Jawa berarti:
awang-awang, langit, dan makna lain nama suatu desa di Magetan, Kalau
di Langit Ada Bintang). Langgam Jawa
menjadi terkenal oleh Waljinah
yang pernah sebagai juara tingkat sekolah SMP di RRI Solo tahun 1958.
Keroncong Beat
Dimulai oleh Yayasan Tetap Segar pimpinan Rudy
Pirngadie, di Jakarta pada tahun 1959 dan bisa mengiringi lagu barat
pop (mau melangkah lebih bersifat universal). Pada waktu itu Idris
Sardi ikut tur ke New York World's Fair Amerika
Serikat dengan
biola tahun 1964 dengan maksud mau memperkenalkan lagu pop barat (I
left my heart in San Fransico, pada
waktu itu tahun 1964 lagu ini merupakan salah satu hit di dunia)
dengan iringan keroncong beat, namun dia kena denda melanggar hak
cipta akibat tanpa izin.
Dengan Keroncong Beat maka berbagai lagu (bukan
dengan rangkaian harmoni keroncong, termsuk kunci Minor) dapat
dinyanyikan seperti La Paloma, Monalisa, Widuri, Mawar Berduri, dll.
Campursari
Di Gunung Kidul (DI Yogyakarta) pada tahun 1968
Manthous
memperkenalkan gabungan alat gamelan dan musik keroncong, yang
kemudian dikenal sebagai Campursari. Kini daerah Solo,
Sragen,
Ngawi,
dan sekitarnya, terkenal sebagai pusat para artis musik campursari.
Bahkan Bupati Sukoharjo
ikut meramaikan bursa campursari.
Keroncong Koes-Plus
Koes
Plus dikenal
sebagai perintis musik rock di Indonesia, pada sekitar tahun 1974
juga berjasa dalam musik keroncong yang rock. Keroncong Pertemuan
adalah Keroncong Koes Plus dengan struktur bentuk campuran (dalam
bahasa Belanda disebut Meng-vorm atau Inggris Combine form) antara
Stambul II dan langgam Keroncong.
Seandainya band rock Indonesia bisa mengikuti
jejak Koes-Plus untuk melestarikan budaya sendiri seperti keroncong,
maka betapa indah musik rock Indonesia dapat ngetop dengan irama
kampung halaman, berarti musik keroncong
jangan mati (ucapan Gesang).
Mudah-mudahan Mbah, generasi muda Indonesia dapat melanjutkan musik
keroncong .
Keroncong Dangdut (Congdut)
Keroncong dangdut (Congdut)
adalah jawaban atas derasnya pengaruh musik dangdut
dalam musik populer di Indonesia sejak 1980-an. Seiring dengan
menguatnya campur sari di pentas musik populer etnis Jawa, sejumlah
musisi, konon dimulai dari Surakarta,
memasukkan unsur beat
dangdut ke dalam lagu-lagu langgam
Jawa klasik
maupun baru. Didi
Kempot adalah
tokoh utama gerakan pembaruan ini. Lagu-lagu yang terkenal antara
lain Stasiun Balapan, Sewu Kuto.
Masa Kejayaan
Musik Keroncong. Pada Masa Keroncong Modern adalah Masa Kejayaan
Musik Keroncong, di mana terdengar di mana-mana musik Langgam Jawa,
Keroncong Beat, Campursari, koes Plus dan terakhir dengan Congdut
dari Didi Kempot, hingga ke Suriname dan Belanda (2004-2008).
Rupa-rupanya ini merupakan puncak kejayaan Musik Keroncong, sehingga
Gesang khawatir bahwa Keroncong Akan Mati (2008, ucapan beliau
sebelum wafat).
Masa keroncong millenium (2000-kini)
Walaupun
musik keroncong di era millenium (tahun 2000-an) belum menjadi bagian
dari industri musik pop Indonesia, tetapi beberapa pihak masih
mengapresiasi musik keroncong. Kelompok musik Keroncong Merah Putih,
kelompok keroncong berbasis Bandung masih cukup aktif melakukan
pertunjukan. Selain itu, Bondan
Prakoso dan
grupnya Bondan Prakoso & Fade 2 Black, menciptakan komposisi
berjudul "Keroncong Bondol" yang berhasil memadukan musik
gaya rap dengan musik latar belakang irama keroncong. Pada tahun 2008
@ Solo International Keroncong Festival, Harmony
Chinese Music Group
membuat suasana lain dengan memasukan unsur alat musik tradisional
Tionghoa dan menamainya sebagai Keroncong Mandarin.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong
No comments:
Post a Comment