Friday, April 27, 2012

Danny Chandra, mentor Gospel Music Workshop


Semakin lama musik gospel ketinggalan jauh dari musik sekuler, baik dari segi teknik maupun teknologi yang digunakan. Musik gospel berada dalam posisi yang stagnan. Padahal di Amerika, perkembangan musik gospel sangat luar biasa.
Begitu kita bicara soal teknik, mereka bingung karena pada dasarnya nggak ada isinya dan kurang membaca, mereka belajar musik hanya mencontoh dari orang lain,” papar Danny Budhy Bagiono Chandra alias Danny Chandra, penggebuk drum Ezra Band. Menurut pria kelahiran Semarang, 11 Maret 1969 ini, ada beberapa faktor yang menyebabkan musik gospel tidak berkembang di Indonesia, selain faktor dari gereja yang sudah mengkotak-kotakkan musik. “Para musisi gospel tidak pernah belajar teknik standar dalam bermusik, tidak ada ketekunan dalam bermusik. Malahan ada yang menganggapnya sebagai pekerjaan sambilan,” katanya.








Lantaran prihatin terhadap perkembangan musik gospel di Indonesia itulah, Danny beserta teman-teman personel Ezra Band dan beberapa musisi lain, pernah menyelenggarakan workshop musik gospel sekitar tahun 1991. Workshop bertajuk Resurrection 91 itu bukan tak lain untuk meningkatkan kualitas musisi gospel.Namun, akibat kesibukan masing-masing, workshop ini semakin tidak terdengar kelanjutannya. Baru pada tahun 2006, saat Danny bertemu dengan Bobby Moningka dari Gospel Music Indonesia (GMI), rencana membuat workshop kembali tercetus. Rencana ini kemudian terealisasi tahun 2007, dan dibuat lebih sistematis dari materi, jadwal, serta para pengajarnya. Danny sendiri menjadi salah satu mentor, merangkap koordinator mentor.
Tak tanggung-tanggung, workshop dibuat dengan jangka waktu sepuluh bulan. Pada tahun 2007 yang lalu, materi lebih ditekankan pada pengetahuan tentang teknik bermain gitar, drum, bas, dan piano. Saat terlibat di workshop tersebut, Danny menyimpulkan, bahwa para musisi gospel, banyak yang tidak mengerti tentang teknik dasar bermusik. Meskipun demikian, Danny dan teman-teman mentornya bersyukur karena banyak peserta yang sudah mulai memahami teknik bermusik, seusai mengikuti workshop. “Malahan beberapa di antara mereka ada yang membuat grup,” ujarnya bangga.
Selang waktu dua tahun (2009), workshop Gospel Music Indonesia diadakan kembali. Di workshop yang kedua ini, Danny menjelaskan, bahwa materinya akan lebih ditekankan pada pengetahuan tentang teknologi. Bagi Danny, pengetahuan teknologi sangat penting karena para musisi harus dapat beradaptasi dengan kemajuan alat-alat musik yang semakin canggih.
Untuk menyelenggarakan workshop ini, Danny mengakui akan memakan dana yang besar. Hal ini juga yang menyebabkan penyelenggaraan workshop hanya dilakukan dua tahun sekali. Beruntung, ada perusahaan yang mau menjadi sponsorship kegiatan ini, sehingga para peserta tidak dibebani biaya mahal. Dalam situs Gospel Music Indonesia, workshop tahun ini, peserta perorangan hanya dikenakan biaya Rp150.000,00 perpaket (10 bulan) atau Rp25.000,00 per kehadiran. Sedangkan, kelompok atau gereja dikenakan biaya Rp 500.000,00 per paket (maksimal 5 orang). Workshop masih akan berjalan sampai November 2009 di salah satu gereja. “Jadi kita keliling dari gereja satu ke gereja lainnya yang ikut berperan serta,” kata Danny. Selain peserta mendapatkan pengetahuan tentang teknik dan teknologi alat musik band, mereka juga bisa mendengarkan pengalaman para musisi yang sudah punya nama, dan melakukan jam session.
Rencana ke depan setelah workshop 2009, Danny menjelaskan, mereka mendapatkan sponsor untuk mengadakan workshop rutin, membangun kantor, recording, dan studio musik. “Nantinya orang-orang yang ikut workshop akan kita didik lebih serius di situ, dia akan kita didik untuk jadi pembicara-pembicara workshop ke daerah-daerah karena nggak mungkin kita terus yang menjadi pembicara. Saya harap mereka akan jadi berkat buat gereja-gereja khususnya yang di daerah-daerah,” ujar Danny.

Sumber: Majalah Bahana, Juni 2009
Link :
http://www.ebahana.com/?komenok=1&id=warta-836-Musik-Gospel-yang-jauh-Tertinggal.html

Perkembangan musik gospel di Indonesia sangat jauh tertinggal bila dibandingkan dengan perkembangan musik Indonesia pop. Hal itu dapat disebabkan karena gereja kurang menaruh perhatian penting terhadap perkembangan musik gospel tersebut. Padahal, musik gospel mempunyai pengaruh yang sangat luas di Negara Barat, seperti Amerika, Australia, dll. Pak Danny Chandra, seorang mentor Gospel Music Workshop, sudah menyadari kejanggalan ini sejak lama. Keprihatinan beliau akan perkembangan music gospel di Indonesia mendorong diadakannya workshop tentang music gospel sebanyak 3 kali ( 1991, 2007, 2009 ). Dalam workshop tersebut, diajarkan tentang teknik dasar bermusik sebab banyak peserta workshop yang sama sekali tidak mengetahui teknik bermusik. Para peserta juga dikenalkan berbagai macam jenis alat musik dan mendengarkan pengalaman para musisi gospel Indonesia yang sudah berpengalaman sehingga akan menambah semangat belajar mereka. Setelah para peserta dibina dalam workshop, diharapkan setelah selesai mengikuti program tersebut dapat menyalurkan apa yang sudah mereka pelajari untuk gereja-gereja. Menurut saya, tindakan inisiatif yang dilakukan oleh Pak Danny dapat menginspirasi para musisi untuk melakukan workshop, mendorong semangat dan bakat para generasi muda untuk berkarya, terutama di bidang musik rohani, jangan hanya musik beraliran pop melulu.

No comments:

Post a Comment