Salah
satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam
membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang.
Lelaki asal kota Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan
setiap tahun dari pemerintah Jepang karena
berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya
yang paling terkenal adalah(lagu)|Bengawan Solo. Lantaran
pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki "Buaya Keroncong"
oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik keroncong.
Gesang menyebut irama keroncong pada MASA STAMBUL (1880-1920), yang
berkembang di Jakarta (Tugu , Kemayoran, dan Gambir) sebagai
Keroncong Cepat; sedangkan setelah pusat perkembangan pindah ke Solo
(MASA KERONCONG ABADI: 1920-1960) iramanya menjadi lebih lambat.
Asal
muasal sebutan "Buaya Keroncong" untuk Gesang berkisar pada
lagu ciptaannya, "Bengawan Solo". Bengawan
Solo adalah
nama sungai yang berada di wilayah Surakarta. Seperti
diketahui,buaya memiliki
habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar
itu di habitanya nyaris tak terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang
ganas. Pengandaian semacam itulah yang mendasari mengapa Gesang
disebut sebagai "Buaya Keroncong".
Di
sisi lain nama Anjar
Any (Solo,
pencipta Langgam Jawa lebih dari 2000 lagu yang meninggal tahun 2008)
juga mempunyai andil dalam keroncong untuk Langgam Jawa
beserta Waljinah (Solo),
sedangkan R.
Pirngadie (Jakarta)
untuk Keroncong Beat, Manthous (Gunung
Kidul, Yogyakarta) untuk Campursari dan Koe
Plus (Solo/Jakarta)
untuk Keroncong Rock, serta Didi
Kempot (Ngawi)
untuk Congdut.
No comments:
Post a Comment