Friday, April 27, 2012

Musik yang digunakan dalam Wayang Kulit


Ada beberapa tipe musik yang digunakan dalam pertunjukan wayang kulit. Artikel ini akan membahas tipe-tipe musik tersebut.
Salah satu hal yang harus kita ingat adalah perbedaan antara musik/lagu yang terstruktur dan yang tidak terstruktur. Musik yang terstruktur memiliki sebuah beat yang dapat didengar dan dihitung. Dalam Wayang Kulit, beat ini disebut “gatra”. Saat para pemain musik dalam pertunjukan Wayang Kulit memainkan musik yang terstruktur, kita dapat merasakan bahwa mereka seperti sedang “berhitung”. Sedangkan musik yang tidak terstruktur tidak memiliki beat yang terasa, sehingga lagunya lebih terasa mengikuti perasaan, keinginan dan kemampuan para pemain musik. Walaupun lagu yang tidak terstruktur ini tidak memiliki beat, biasanya lagunya akan tetap terdengar cukup bagus atau ‘pas’.
Tipe musik/lagu terstruktur: Lagu-lagu terstruktur dibedakan lagi menjadi 2 tipe: regular dan irregular. Tipe regular memilki struktur permainan gong yang mudah ditebak, sedangkan tipe irregular memiliki struktur permainan gong yang berubah-ubah tergantung “gatra” yang ada.
Tipe musik/lagu tidak terstruktur: Lagu yang tidak terstruktur biasanya dikenali melalui instrumen musik yang digunakan dan fungsi instrumen tersebut. Umumnya, tipe tipe ini disebut ‘Sulukan’. Berikut penjelasan dari beberapa tipe:
  • Tembang atau Sekar. Lagu solo, dibagi menjadi dua tipe: Bawa, lagu yang berfungsi sebagai pembukaan lagu yang terstruktur, dan Andhegan, lagu yang dimainkan di tengah tengah sebuah lagu terstruktur.


  • Pathetan. Lagu ini biasanya dimainkan dengan gambang, suling, rebab dan seorang penyanyi solo. Dalam pertunjukan wayang kulit, lagu ini biasanya dimainkan sebagai pembukaan tiap bagian cerita tertentu, mengubah mood dan menyiapkan atmosfer untuk bagian cerita berikutnya.

  • Sendon. Mirip dengan Pathetan, tapi tidak dimainkan dengan rebab. Sendon biasanya dimainkan untuk mendramatisirkan adegan adegan dalam pertunjukan wayang kulit. Seperti lagu yang intonasinya sangat sedih digunakan untuk menggambarkan kesedihan para karakter wayang.

  • Ado-ado. Tipe sulukan yang paling sering digunakan dalam pertunjukan wayang kulit. Biasanya dimainkan dengan suling dan seorang penyanyi. Tipe ini dapat dianggap ‘tertancap’ pada ritme pertunjukan wayang kulit. Fungsinya seperti sebuah ‘perekat musikal’ yang menyambungkan tiap adegan. Struktur dramatis yang sering digunakan untuk pertunjukan biasanya adalah:(Lagu tidak terstruktur) - Ado-Ado – Narasi – dialog, dapat diulang berkali-kali atau dirubah rubah agar bervariasi dan dengan pelan pelan ‘membangun’ cerita dalam pertunjukan wayang kulit tersebut.
Kevin.S/XI-IS1/26

No comments:

Post a Comment