|  
Cukup banyak artikel yang membahas
  mengenai “perkembangan Otak Kiri dan Otak
  Kanan”, tetapi banyak pembaca yang belum mengetahui apa
  pengaruh otak kiri dan otak kanan pada cara berpikir. 
Otak Kiri bekerja
  tntuk mengatur kemampuan seseorang pada nalar, tulisan, berhitung dan
  berlogika. Kerusakan pada otak kiri dapat berakibat gangguan ingatan jangka
  pendek, berbicara dan logika matematika. Maka, untuk mempertahankan otak kiri
  supaya bekerja dengan baik, kita dapat bermain puzzle, belajar berhitung atau
  ilmu pasti lainnya. 
Otak Kanan
  mempunyai fungsi berpikir kreatif dan biasanya memberikan kemampuan seseorang
  untuk berkhayal, mencurahkan emosi, membedakan warna, dan ilmu ruang. Otak
  kanan mempunyai kemampuan untuk menyimpan memori jangka lama. Maka itu,
  apabila seseorang kena penyakit stroke atau tumor otak, maka yang akan
  terganggu adalah kemampuan visual dan emosi. Untuk menjaga ketajaman otak
  kanan, maka kita perlu mendengarkan atau memainkan musik. 
Pelajaran di sekolah formal (TK,
  SD, SMP dan SMA) umumnya me-aktifasi OTAK KIRI. Bagaimana tidak, lihat saja
  kurikulum sekolah kita. Pelajaran Matematik atau ilmu pasti mempunyai porsi
  yang lebih banyak daripada pelajaran lainnya. Belum lagi pelajaran yang harus
  menghafal, juga merupakan pelajaran yang me-aktifasi berpikir secara logis. 
Beberapa sekolah yang cukup bagus
  di negeri ini, hanya memberikan test Matematika untuk masuk SMP dan SMA.
  Begitu pentingnya pelajaran Matematik bagi sekolah ini dan mereka yakin bahwa
  murid yang jago matematik, nalar pikiran mempunyai dasar yang kuat dan akan
  mudah untuk mempelajari pelajaran IPS (tidak sebaliknya yang mana murid IPS
  tidak akan bisa belajar ilmu pasti dengan baik). 
Dengan pelajaran di sekolah yang
  lebih me-AKTIFASI OTAK KIRI, ada BAHAYA LATEN yang bisa mengancam, yaitu otak
  yang kurang seimbang, terutama pada OTAK KANAN. Lemahnya OTAK KANAN
  menyebabkan anak berbicara kasar dan TIDAK KO_OPERATIF & KREATIF pada
  cara berpikirnya - dalam hal ini anak TIDAK mempunyai EQ (emotional
  intelligent). Sebagai sekolah musik yang telah mengajar berbagai macam sifat
  murid, kami sangat menyayangkan apabila bertemu dengan anak pandai/pintar,
  tetapi tidak mempunyai perasaan atau sangat kasar sekali dalam berkata. 
Salah satu solusi untuk me
  AKTIFASI OTAK KANAN adalah memberikan anak PENDIDIKAN MUSIK KLASIK. Pada saat belajar
  musik klasik, anak harus membaca not balok, dan ini berarti dia harus
  menghitung (karena tiap not balok ada harga ketukannya). Pada waktu memainkan
  musik, anak harus mengetahui dinamik dari lagu. Sebagai contoh, anak harus
  dapat memainkan lagu dengan “Piano” (lembut) atau “Forte” (keras) secara
  silih berganti. Dia harus bisa memainkan lagu dengan jelas apabila ada tanda
  “Crescendo” (dari halus makin keras) atau “Decrescendo” (dari keras ke
  halus). Ada juga teknik bermain secara “Legato”
  (menyatukan not menjadi suatu kesatuan) atau “Staccato” (memainkan
  not dengan terpatah patah). Hal ini tentunya membutuhkan dan me-aktifasi
  konsentrasi di OTAK KANAN, karena harus dirasakan (FEEL), bukannya di pikir
  (THINK). 
Selain itu, memainkan alat musik
  telah dibuktikan me-aktifkan hubungan saraf mata dan motorik. Sewaktu membaca
  not balok, mata harus melihat semua tanda not, kemudian masuk ke
  otak dan di proses, kemudian otak memerintahkan otot motorik pada lengan dan
  jari untuk memainkan musik. Selain itu, indera pendengaran harus juga aktif
  untuk membedakan dinamik dari lagu tersebut. 
Dengan contoh diatas, anda sudah
  tentu percaya bahwa pendidikan
  musik memberikan solusi yang komprehensif bagi seimbangnya otak
  kiri dan kanan, bahkan me-aktifasi semua saraf (indera penglihatan,
  pendengaran dan motorik). 
http://dutanada.com/artikel-pendidikan/149-menyeimbangkan-otak-kanan-dan-otak-kiri-dengan-musik-klasik.html | 
Thursday, April 26, 2012
Menyeimbangkan OTAK KANAN dan OTAK KIRI dengan MUSIK KLASIK
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
 
No comments:
Post a Comment