Perkembangan
keroncong masih di daerah Solo dan sekitarnya, namun muncul berbagai
gaya baru yang berbeda dengan Masa Keroncong Abadi (termasuk
musisinya), dan merupakan pembaruan sesuai dengan lingkungannya.
Mulai Masa
keroncong modern (1960-2000) semua
aturan baku (pakem) Musik
Keroncong tidak berlaku,
karena mengikuti
aturan baku (pakem) Musik
Pop yang
berlaku universal,
misalnyatangga
nada minor, moda
pentatonis Jawa/Cina,
rangkaian harmoni diatonik
dan kromatik, akord
disonan,
sifat politonal
atau atonal (pada
campursari), tidak megenal lagi pakem bentuk keroncong
asli atau stambul,
ada irama nuansa
dangdut (congdut),
mulai tahun 1998 musik
rap mulai
masuk (Bondan Prakoso), dlsb.
[sunting]Langgam Jawa
Bentuk
adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal
sebagai langgam
Jawa,
yang berbeda dari langgam yang dimaksud di sini. Langgam Jawa
memiliki ciri khusus pada penambahan instrumen antara lain siter,
kendang (bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala
kendang), saron,
dan adanya bawa atau suluk berupa
introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama dimulai
secara utuh. Tahun 1968 Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari.
Umumnya
mempunyai struktur lagu pop yaitu A - A - B - A atau juga A - B - C -
D dangan jumlah 32 birama. Lagu Langgam Jawa yang terkenal di tahun
1958 adalah ciptaan Anjar Any (1936-2008): Yen Ing Tawang Ana Lintang
(Tawang dalam Bahasa
Jawa berarti:
awang-awang, langit, dan makna lain nama suatu desa di Magetan, Kalau
di Langit Ada Bintang).
Langgam Jawa menjadi terkenal oleh Waljinah yang
pernah sebagai juara tingkat sekolah SMP di RRI Solo tahun 1958.
[sunting]Keroncong Beat
Dimulai
oleh Yayasan Tetap Segar pimpinan Rudy Pirngadie, di Jakarta pada
tahun 1959 dan bisa mengiringi lagu barat pop (mau melangkah lebih
bersifat universal). Pada waktu itu Idris Sardi ikut tur ke New York
World's Fair Amerika
Serikat dengan
biola tahun 1964 dengan maksud mau memperkenalkan lagu pop barat (I
left my heart in San Fransico,
pada waktu itu tahun 1964 lagu ini merupakan salah satu hit di dunia)
dengan iringan keroncong beat, namun dia kena denda melanggar hak
cipta akibat
tanpa izin.
Dengan
Keroncong Beat maka berbagai lagu (bukan dengan rangkaian harmoni
keroncong, termsuk kunci Minor) dapat dinyanyikan seperti La Paloma,
Monalisa, Widuri, Mawar Berduri, dll.
[sunting]Campur Sari
Di
Gunung Kidul (DI Yogyakarta) pada tahun 1968 Manthous memperkenalkan
gabungan alat gamelan dan musik keroncong, yang kemudian dikenal
sebagai Campursari. Kini daerah Solo, Sragen,Ngawi,
dan sekitarnya, terkenal sebagai pusat para artis musik campursari.
Bahkan Bupati Sukoharjo ikut
meramaikan bursa campursari.
[sunting]Keroncong Koes-Plus
Koes
Plus dikenal
sebagai perintis musik rock di Indonesia, pada sekitar tahun 1974
juga berjasa dalam musik keroncong yang rock. Keroncong Pertemuan
adalah Keroncong Koes Plus dengan struktur bentuk campuran (dalam
bahasa Belanda disebut Meng-vorm atau Inggris Combine form) antara
Stambul II dan langgam Keroncong.
Seandainya
band rock Indonesia bisa mengikuti jejak Koes-Plus untuk melestarikan
budaya sendiri seperti keroncong, maka betapa indah musik rock
Indonesia dapat ngetop dengan irama kampung halaman, berarti musik
keroncong jangan mati (ucapan
Gesang). Mudah-mudahan Mbah, generasi muda Indonesia dapat
melanjutkan musik keroncong .
[sunting]Keroncong Dangdut (Congdut)
Keroncong
dangdut (Congdut)
adalah jawaban atas derasnya pengaruh musik dangdut dalam
musik populer di Indonesia sejak 1980-an. Seiring dengan menguatnya
campur sari di pentas musik populer etnis Jawa, sejumlah musisi,
konon dimulai dari Surakarta,
memasukkan unsur beat dangdut
ke dalam lagu-lagu langgam
Jawa klasik
maupun baru. Didi
Kempot adalah
tokoh utama gerakan pembaruan ini. Lagu-lagu yang terkenal antara
lain Stasiun Balapan, Sewu Kuto.
Masa
Kejayaan Musik
Keroncong. Pada Masa Keroncong Modern adalah Masa Kejayaan Musik
Keroncong, di mana terdengar di mana-mana musik Langgam Jawa,
Keroncong Beat, Campursari, koes Plus dan terakhir dengan Congdut
dari Didi Kempot, hingga ke Suriname dan Belanda (2004-2008).
Rupa-rupanya ini merupakan puncak kejayaan Musik Keroncong, sehingga
Gesang khawatir bahwa Keroncong Akan Mati (2008, ucapan beliau
sebelum wafat).
No comments:
Post a Comment