Penjabaran
Sejarah Dalam Seni Budaya
Seni
Budaya adalah salah satu sarana bagi para wali kita pada masa lalu
untuk menceritakan sejarah. Hal ini karena seni budaya cenderung
tidak mendapat perlakuan negatif dari penguasa pada zamannya
dibandingkan kitab atau buku yang dengan mudah diubah-ubah oleh
penguasa yang merasa kedudukannya akan terganggu oleh adanya kitab
tersebut,oleh karena itu,para wali pada masa itu cenderung
menggunakan simbol baik dalam tulisan maupun lukisan untuk
menggambarkan situasi dan kondisi yang berlaku pada zamannya,
warisan-warisan budaya dapat terlihat dalam contoh-contoh dibawah
ini;
Warisan
Budaya dalam Bentuk syair dan tembang yang menceritakan sejarah
bangsa,pada saat tembang ini dibuat.
BUBUY
BULAN
Bubuy
bulan-bubuy bulan sanggray bentang
Panon
poe-panon poe disasate
Unggal
bulan-unggal bulan abdi teang
Unggal
poe-unggal poe oge hade
Situ
Ciburuy laukna hese dipancing
Nyeredet
hate ningali ngeplak caina
Duh
eta saha nu ngalangkung unggal enjing
Nyeredet
hate ningali sorot socana
Pembahasan:
Bubuy
bulan =
bulan di bubuy, maksudnya bulan adalah Rasullullah Saaw, seperti lagu
Thola’al Badru Alaina artinya telah datang bulan
purnama kepada
kami. Bulan purnama disini adalah Rasullullah saaw. Jadi arti bulan
dalam lagu “Bubuy Bulan” adalah ajaran Rasullulah saaw. Bubuy
disini adalah perumpamaan dari pembumi hangusan ajaran rasulullah.
Sanggray
Benthang=bintang
di sangray,bintang adalah perlambang dari Ahlul Bait Rasulullah
saaw,seperti dalam hadits: Bintang-bintang adalah penunjuk bagi
pelaut agar tidak tersesat,dan ahlul baitku adalah bintang-bintang
bagi umatku,yang bila berpegang pada mereka niscaya akan selamat
dunia akhirat. Namun dalam lagu ini para ulama terdahulu mau
menunjukkan kepada kita betapa ajaran Rasulullah saaw yang telah
diteruskan kepada ahlulbaitnya sebagai wasi’ atau penjaga agama
rasul telah di “sangray”,maksudnya telah dikhianati dengan cara
yang kejam,
Panon
poe,panon poe disasate=matahari
disate berkali-kali (sasate mengandung arti pengulangan), matahari
mengandung arti para ulama yang menyampaikan ajaran Rasul dan ahlul
baitnya, cahayanya memancar keseluruh umat memberikan
penerangan-penerangan yang dengan cahayanya manusia dapat membedakan
mana yang baik dan buruk bagi kehidupan mereka di dunia dan akhirat,
namun matahari-matahari ini di sasate,
yang mengandung arti dibantai,dibunuh dengan kejam dan licik, agar
ajaranya hilang dari muka bumi, tujuan pembantaian para ulama ini
adalah demi langgengnya kekuasaan atau demi tujuan politik, dan hal
ini berlangsung sejak wafatnya rasulullah saaw,dengan puncak
kesadisan yang tidak ada bandingnya dalam peradaban manusia, ketika
cucu Rasullullah saw dan keluarga rasulullah yang lain dibantai
dengan sadis. Peristiwa karbala dan peristiwa-peristiwa pembantaian
yang lain kepada pecinta keluarga rasul, menyebabkan terjadinya
hijrah besar-besaran untuk menyelamatkan agama rasul dan keluarganya,
dan Nusantara adalah salah satu tempat hijrah mereka,itulah sebabnya
selama 600 tahun ajaran rasullullah berkembang pesat dinegara ini,
sampai datangnya musuh-musuh Allah yang berkedok ulama, karena
hasadnya mereka membumihanguskan ajaran rasul, yang diwariskan kepada
ahlulbaitnya dan disampaikan oleh para ulama pecinta ahlul bait, para
ulama ini dibantai,kitab-kitabnya dibumihanguskan, untuk
menghilangkan ajaran rasul.pesan inilah yang disampaikan pada 3 baris
pertama lagu BubuyBulan,pada baris ke tiga lebih ditekankan pada
sosok seorang ulama,yang syahid dibantai, ulama ini mempunyai gelar
Syamsuddin=mataharinya agama=panon poe=matahari.
Kesedihan
yang luarbiasa dahsyat ia alami atas kejadian tersebut, kesedihan
yang ia tuangkan dalam syair-syair berikut; Unggal bulan-unggal
bulan, abdi teang=setiap ada bulan saya mencari,
Unggal
poek, unggal poek= tiap siang saya juga mencari
Ogek
hade= pencarian tersebut sama bagusnya, kegiatan mencari dan
pencarian disini melambangkan ikhtiar dan do’a melindungi sisa-sisa
dari pembantaian dan usahanya mencari pengganti gurunya yang syahid
tersebut, ikhtiar dan do’a tersebut bagusnya dilakukan malam hari,
kalimat ini bisa jadi suatu pemberitahuan atau bahasa rahasia,untuk
berguru dimalam hari dalam rangka ikhtiar mencari ilmu dan melindungi
sisa-sisa pembantaian tersebut,dalam hal ini mungkin anak atau
keluarga dari ulama tersebut. Namun lebih bagus juga (ogek hade) bila
siang hari pun melakukan usaha yang sama.
Situ
ciburuy,laukna hese’dipancing=kalimat ini lebih kepada keterangan
tempat dan waktu, ditekankan pada kata situ ciburuy=tempat dan lauk
yang berarti sengkalan, sistem penanggalan yang diajarkan oleh para
wali, ikan disini berarti tahun: bagian-bagian ikan dibaca dari atas
kebawah =dari kepala ke ekor: kepala;1, badan;1 sirip;2 ekor;1 =1121,
berarti kejadian ini terjadi pada tahun 1121 di situ ciburuy atau
puncak pembantaian terjadi pada 1121,600 tahun setelah pemerintahan
ahlul bait yang adil makmur merata dinusantara.
Nyaredet
hate=sedih susah ngenes, pilu,sakit hati yang luar biasa tapi gak ada
yang bisa diperbuat,
Ningali
ngeplak cai na=melihat darah (ulama yang menjadi gurunya)ditumpahkan
dengan sengaja
Ngeplak
=air dalam jumlah besar ditumpahkan secara sengaja
Cai
=dalam b.sastra sunda bisa berarti darah atau air,
Duh
eta saha nu ngalangkung unggal enjing;
siapakah itu yang hadir setiap pagi,
Nyaredet
hate; mengiris hati (melihat yang hadir tiap pagi itu,mengingat
kejadian diatas,peristiwa ketika gurunya syahid bergelimang darah)
Ningali sorot socana;
melihat sorot matanya (yang tegas),sorot matanya yang tegas itu lah
yang mengingatkan si penembang syair ini teringat akan gurunya yang
selama ini ia selalu berusaha mencari gantinya malam dan siang. sorot
socana; pandangan mata yang tegas, lawannya cai socana; pandangan
mata yang lembut.
Sumber:
aliwiraksanata-wawasanmusik.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment