Friday, April 27, 2012

Inul " Titik Balik Musik Dangdut Modern "


Dangdut sebagai salah satu jenis musik memiliki keunikan tersendiri . Iramanya sanggup membuat semua orang berjoget tanpa perlu aturan tertentu untuk menikmatinya. Lirik-lirik dangdut penuh dengan nada ratapan nasib, kekecewaan, kekesalan, kebencian, harapan, tangisan dan cinta terhadap sesuatu. Karena itu dangdut identik dengan musik yang cengeng, norak dan kampungan.  Dan selama ini banyak orang menganggap bahwa musik dangdut juga milik mereka yang kampungan dan yang kampungan itu adalah kaum pinggir/rakyat miskin.
Adalah Televisi Pendidikan Indonesia atau disingkat dengan TPI yang pertama kali menyiarkan acara musik dangdut. Acara yang ditayangkan pada siang hari, berdurasi satu jam merupakan acara khusus musik dangdut. Target penonton adalah para pecinta musik dangdut yang tersebar di pelosok-pelosok desa. Tahun 1995-an Indosiar salah satu tv swasta membuat program musik "Dangdut on The Campus" yang diputar pada hari Minggu pukul 10 pagi. Tayangan ini mengupas tentang pendapat para mahasiswa (dapat dibaca "jajak pendapat") tentang musik dangdut dan mahasiswa diminta untuk ikut bergoyang dangdut. Acara ini nampaknya cukup sukses dan diikuti terus oleh kalangan mahasiswa sekaligus membuktikan bahwa tidak semua mahasiswa alergi terhadap musik dangdut.

Tidak mau ketinggalan dengan televisi yang lain, SCTV membuat program "Sik, Asyik.." acara khusus musik dangdut. RCTI dengan "JOGED"-nya dan LATIVI pendatang baru dipertelevisian menggelar langsung musik dangdut yang dikemas dalam "Kawasan Dangdut". Demikian juga dengan tv-tv lain berlomba-lomba menyajikan musik dangdut.

Musik dangdut di tv dikemas begitu rupa, dari penampilan penyanyinya dengaan baju "sopan" dan tertutup, goyangan yang dibatasi, dan membuang syair-syair yang erotis. Semua ini dilakukan untuk menghilangkan kesan, kalau dangdut itu musik erotis dan merusak moral. Secara tidak langsung ini adalah usaha agar dangdut bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Karena sekarang musik dangdut sudah mulai ditinggal oleh masyarakat zaman sekarang, karena lebih tertarik ke musik pop, rock, dsb.

Sosialisasi musik dangdut lewat layar kaca nampaknya cukup berhasil, buktinya musik dangdut diterima oleh mahasiswa, musik dangdut diputar di kafe-kafe milik kaum elit, para pecinta musik klasik, jazz, rock dan lagu-lagu pop lainnya mau mendengar lirik-lirik dangdut. Sebagian dari artis (semula artis pop) bersedia menyanyikan lagu-lagu dangdut. Bahkan gubernur Jatim Basofi Sudirman kala itu, dikenal sebagai "penyanyi dangdut" dengan lagu hit-nya "Tidak Semua Laki-Laki". Contoh kongkrit lain adalah Obbie Mesakh pencipta lagu-lagu pop berputar haluan mencipta lagu dangdut. Dengan demikian usaha "menjadikan dangdut sebagai musik semua lapisan masyarakat" lewat televisi terbukti sangat ampuh.



No comments:

Post a Comment