Gesang
Martohartono atau kerap disebut dengan Gesang saja, lahir di Kota
Surakarta, 1 Oktober 1917. Beliau adalah seorang penyanyi dan
pencipta lagu Jawa yang telah dikenal sebagai 'maestro keroncong
Indonesia.
Beliau
tinggal di Serengan, Solo bersama keponakan dan keluarganya,
meninggalkan rumah pemberian Gubernur Jawa Tengah 1980 setelah 20
tahun ditinggalinya. Beliau berpisah dengan istri pada tahun 1962
tanpa dikaruniai seorang anak pun.
Memilih
hidup sendiri selama bertahun-tahun, kondisi kesehatan Gesang
dikabarkan memburuk. Beliau dilarikan ke rumah sakit pada pertengahan
Mei 2010. Rumah sakit membentuk sebuah tim yang terdiri dari lima
dokter spesialis yang berbeda untuk menangani kesehatan beliau. Namun
sayang, ajal pun menjemput. Pada hari Kamis, 20 Mei 2010, pukul
18.10, dalam usia 92 tahun, Gesang meninggal dunia.
Pada
awalnya, Gesang bukanlah seorang pencipta lagu. Dulu, beliau hanya
seorang penyanyi lagu-lagu keroncong untuk acara dan pesta
kecil-kecilan di kota Solo. Ia juga pernah menciptakan beberapa lagu,
seperti Keroncong Roda Dunia, Keroncong si Piatu, dan Sapu
Tangan, pada masa perang dunia II. Sayangnya, ketiga lagu ini
kurang mendapat sambutan dari masyarakat.
Gesang
terkenal lewat lagu ciptaannya, Bengawan Solo yang kemudian
mengantarkan dirinya berkeliling Asia. Lagu ini diciptakan pada tahun
1940, saat usianya menginjak 23 tahun. Lagu ini tercipta karena
kekagumannya akan sungai tersebut. Lagu yang diciptakan dalam waktu 6
bulan ini juga populer di Jepang, dan sempat digunakan dalam salah
satu film layar lebar di Jepang.
Tahun1983,
Jepang mendirikan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo. Taman
yang pengelolaannya didanai oleh Dana Gesang ini adalah suatu
bentuk penghargaan atas jasanya terhadap perkembangan musik
keroncong. Dana Gesang sendiri adalah sebuah lembaga yang
didirikan untuk Gesang di Jepang.
Lagu
Gesang yang lain di antaranya Pamitan, Caping Gunung, Jembatan
Merah, Saputangan, Si Piatu, Roda Dunia, Dunia Berdamai, Tirtonadi,
Pemuda Dewasa, Luntur, Bumi Emas Tanah Airku, Dongengan, Sebelum Aku
Mati dan Aja Lamis. Kesemua lagu tersebut telah di
aransemen ke berbagai jenis irama.
Gesang
yang pernah diundang pada festival salju Sapporo atas undangan
himpunan persahabatan Sapporo dengan Indonesia pada 1980 itu, juga
telah merekam lagu-lagunya dalam bentuk Compact Disk, masing-masing
adalah Seto Ohashi (1988), Tembok Besar (1963), Borobudur (1965),
Urung (1970), Pandanwangi (1949) dan Swasana Desa (1939).
Sumber
: http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/g/gesang
No comments:
Post a Comment