10 April 1982, Die Toten Hosen tampil pertama kalinya di Bremen.
30 tahun kemudian hampir semua orang mengenal band punkrock asal
Düsseldorf ini.

Bagi kota Düsseldorf, Die Toten Hosen sudah melegenda seperti Sungai
Rhein dan Altbier (minuman bir khas Düsseldorf). Band beranggotakan
lima personil dengan vokalis utama Campino termasuk pembawa nama
terpenting ibukota negara bagian Nordrhein Westfalen tersebut.
Dalam konser perdananya 10 April 1982, Campino, Kuddel, Vom, Andi dan Breiti tidak bermimpi Die Toten Hosen akan meraih kesuksesan begitu besar. Kini mereka adalah jutawan kopi rekaman, meraih berbagai penghargaan di bidang musik, dan menjadi panutan berbagai partisipasi di bidang sosial dan olah raga.
Tetap Merakyat di Tengah Ketenaran
Dalam tur perayaannya, Die Toten Hosen membuktikan kembali kegemarannya untuk menampilkan konser yang unik. Mereka sering tampil di ruang tamu penggemarnya atau mereka membuat kejutan dengan tampil di penjara.
Bagi Campino & Co., tampilan mewah para selebritis merupakan hal yang asing. Di kota asalnya Düsseldorf mereka dikenal dengan tampilan di lapangan sepakbola, konser-konser terbuka atau di kedai minum di pojok jalan.
Die Toten Hosen ikut pentas gratis dalam demo anti nuklir di Burglengenfeld 1986
Kritisi musik Philipp Holstein menjelaskan fenomena Die Toten Hosen:
"Pria-pria ini sebetulnya setia pada dirinya. Sikapnya masih selalu
punkrock. Semakin lama saya di Düsseldorf, semakin jelas bagi saya,
betapa penting mereka bagi kota ini dan juga untuk seluruh Jerman."
Demikian Holstein.
Tidak heran, karena Die Toten Hosen mengklaim posisi. Mereka terkenal untuk pesan-pesannya yang lugas, memobilisir aksi menentang energi atom atau Nazi atau juga berpose tanpa busana untuk kampanye anti busana dari bulu hewan.
Catatan Sukses dan Catatan Krisis
Konser ke-1000 Die Toten Hosen 15 tahun lalu, hampir berarti berakhirnya lebih dini karir para musisi band punkrock tersebut. Tewasnya remaja berusia 16 tahun karena berdesakan di depan panggung memicu perdebatan besar di dalam band. Setengah tahun setelah insiden itu Campino mengatakan: "Meskipun kedengarannya aneh, tapi kami bukan lagi band yang sama seperti dulu. Ada sebagian besar kenaifan yang hilang. Justru adegan meloncat ke tengah-tengah penonton, tidak lagi dapat dilakukan."
Campino, vokalis utama Die Toten Hosen saat konser di Mannheim 2008
Tapi band itu mampu melewati krisis dan terus berkarya. Dari segi
musikalitas, neraca 30 tahun perjalanan Die Toten Hosen amat
mengesankan. Terobosan besar berhasil mereka capai tahun 1988 dengan
album "Ein kleines bisschen Horrorschau" dan titel lagu unggulannya
"Hier kommt Alex."
Tanpa Batas Generasi, Tanpa Batas Negara
Dengan melodi yang sederhana dan teks yang mudah dimengerti, lagu-lagu mereka digemari. Penggemar Die Toten Hosen tidak terbatas generasi. Tidak jarang orang tua dan anak-anak bersama-sama nonton konser band asal Düsseldorf itu. Yang juga menarik adalah fenomena kegandrungan warga Argentina terhadap band tersebut. Selama 20 tahun band itu begitu digemari di negara Amerika Latin tersebut seperti di Jerman.
Die Toten Hosen di depan Casa Rosada Argentinia
Tanggal 4 Mei setelah empat tahun menunggu, muncul kembali CD baru Die
Toten Hosen. Banyak beredar desas-desus, bisa jadi ini album CD terakhir
band punkrock itu. Apalagi bila mengingat Juni 2012, Campino akan
merayakan ulang tahun ke-50. Terlepas dari berapa lama Die Toten Hosen
masih akan bertahan, satu hal sudah pasti: mereka sudah memesan makam
bersama di sebuah pekuburan di Düsseldorf.
Dagmar Dahmen/Dyan Kostermans
Dalam konser perdananya 10 April 1982, Campino, Kuddel, Vom, Andi dan Breiti tidak bermimpi Die Toten Hosen akan meraih kesuksesan begitu besar. Kini mereka adalah jutawan kopi rekaman, meraih berbagai penghargaan di bidang musik, dan menjadi panutan berbagai partisipasi di bidang sosial dan olah raga.
Tetap Merakyat di Tengah Ketenaran
Dalam tur perayaannya, Die Toten Hosen membuktikan kembali kegemarannya untuk menampilkan konser yang unik. Mereka sering tampil di ruang tamu penggemarnya atau mereka membuat kejutan dengan tampil di penjara.
Bagi Campino & Co., tampilan mewah para selebritis merupakan hal yang asing. Di kota asalnya Düsseldorf mereka dikenal dengan tampilan di lapangan sepakbola, konser-konser terbuka atau di kedai minum di pojok jalan.

Tidak heran, karena Die Toten Hosen mengklaim posisi. Mereka terkenal untuk pesan-pesannya yang lugas, memobilisir aksi menentang energi atom atau Nazi atau juga berpose tanpa busana untuk kampanye anti busana dari bulu hewan.
Catatan Sukses dan Catatan Krisis
Konser ke-1000 Die Toten Hosen 15 tahun lalu, hampir berarti berakhirnya lebih dini karir para musisi band punkrock tersebut. Tewasnya remaja berusia 16 tahun karena berdesakan di depan panggung memicu perdebatan besar di dalam band. Setengah tahun setelah insiden itu Campino mengatakan: "Meskipun kedengarannya aneh, tapi kami bukan lagi band yang sama seperti dulu. Ada sebagian besar kenaifan yang hilang. Justru adegan meloncat ke tengah-tengah penonton, tidak lagi dapat dilakukan."

Tanpa Batas Generasi, Tanpa Batas Negara
Dengan melodi yang sederhana dan teks yang mudah dimengerti, lagu-lagu mereka digemari. Penggemar Die Toten Hosen tidak terbatas generasi. Tidak jarang orang tua dan anak-anak bersama-sama nonton konser band asal Düsseldorf itu. Yang juga menarik adalah fenomena kegandrungan warga Argentina terhadap band tersebut. Selama 20 tahun band itu begitu digemari di negara Amerika Latin tersebut seperti di Jerman.

Dagmar Dahmen/Dyan Kostermans
No comments:
Post a Comment